PENGARUH FORMALIN (FORMALDEHIDA) TERHADAP PENINGKATAN RISIKO KEGUGURAN
Formaldehida atau yang dikenal oleh masyarkat luas sebagai
formalin, adalah suatu zat yang tidak berwarna, memiliki bau yang khas dan
sangat kuat, serta uap yang bisa mengiritasi. Zat yang mempunyai nama kimia CH2O
ini juga merupakan zat yang mudah terbakar
dan gampang bereaksi dengan zat lain (U.S. EPA, 2007). Sebenarnya formalin
merupakan sebutan dari formaldehida yang berwujud cair, yang merupakan
merupakan campuran dari formaldehida,
metil alkohol dan air. Sedangkan yang berbentuk bubuk dinamakan paraformaldehida.
Meskipun berbeda wujud, keduanya sama-sama bisa menghasilkan gas (uap)
formaldehida (EOHSS, 2004).
Kebanyakan orang awam hanya mengetahui bahwa formalin
(formaldehida) biasanya digunakan sebagai pengawet di laboratorium medis, untuk
mengawetkan mayat, atau sebagai pengawet makanan (meskipun sangat dilarang
karena efeknya yang berbahaya). Tetapi sebenarnya formaldehida banyak digunakan
dalam berbagai produk dan keperluan, misalnya sering juga ditemukan di
produk-produk bahan kimia, partikel papan, barang-barang rumah tangga, lem,
kain pers permanen, kertas pelapis produk, fiberboard, dan kayu lapis. Selain
itu formaldehida juga banyak digunakan sebagai bahan industri seperti pembuatan
fungsida, bahan pembasmi kuman, dan disinfektan (OSHA, 2011).
Formaldehida adalah senyawa yang tergolong berbahaya.
Efeknya akan terasa dengan cepat setelah menghirup uap atau bersentuhan
langsung dengan cairan formaldehida. Hal ini diakibatkan karena formaldehida
mempunyai sifat cepat berekasi dengan zat lain. Efek awal akan terasa di bagian
tubuh mengalami kontak langsung dengan formaldehida, seperti mata, hidung, dan
kulit. Sehingga kebanyakan gejala umum dari orang yang mendapat paparan
berlebihan dari formaldehida adalah iritasi di mata, hidung, ataupun tenggorokan
(HESIS, 2011).
Batas yang diperbolehkan dari paparan Formaldehida adalah
0.75 ppm (part per millon) yang artinya 0.75 formaldehida dalam 1 juta udara,
dan selama 8 jam paparan (HESIS, 2011). Kadar formaldehida yang melebihi batas
tersebut akan memunculkan masalah kesehatan yang berbahaya. Gejala fisik dari
paparan formaldehida pada kadar 0.1-5 ppm adalah iritasi mata, mata
berkaca-kaca, iritasi pada kulit, dan gangguan pada saluran pernapasan. Pada
kadar 5-20 ppm akan muncul gejala yang lebih serius seperti mata terasa
terbakar, batuk, hingga sulit bernapas. Sedangkan pada kadar yang tinggi
(20-100 ppm) akan mengakibatkan nyeri pada dada, detak jantung tidak teratur,
iritasi parah pada paru-paru, edema paru, hingga kematian (EOHSS, 2004).
Sementara, bagi wanita yang sedang hamil, paparan
formaldehida dapat meningkatkan risiko terjadinya abortus spontan (keguguran)
dan mengurangi kesuburan (fertilitas). Studi case control yang dilakukan Xu
Wenjing (2012) membuktikan bahwa ada
hubungan antara formaldehida dengan prevalesi keguguran. Sampel dalam studi ini
adalah wanita hamil di Guangzhou Women and Children’s Medical Centre. Sebanyak
191 wanita yang melahirkan dengan selamat (control group) dan 108 wanita yang
keguguran (case group) diukur konsentrasi serum formaldehidnya. Hasilnya,
rata-rata konsentrasi serum formaldehida di control group dan case group
mempunyai beda yang signifikan secara statistik. Rata-rata pada control group
sebanyak 0.0239, sedangkan pada case group 0.0944. Sehingga disimpulkan bahwa peningkatan
kadar serum formaldehid berpengaruh terhadap meningkatnya risiko keguguran.
Studi serupa yang pernah dilakukan oleh John EM (1994)
(dikutip dari Duong et al., 2011) juga menunjukkan hubungan yang sama. Studi
ini menguji hubungan zat-zat kimia termasuk formaldehida yang sering digunakan
para penata rias di North Carolina, dengan kehamilan yang dialami. Hasil
menunjukkan bahwa penata rias yang sering menggunakan formaldehida berbasis
disinfektan, berisiko mengalami abortus spontan 2,1 kali lipat lebih tinggi
daripada penata rias yang tidak pernah menggunakan bahan formaldehida (95% CI
1.0-4.3).
Studi kohort berskala nasional di Finlandia oleh Taskinen et
al (1994) (dikutip dari Res, 2011) mengindentifikasi pekerja laboratorium
disana. Hasilnya, pekerja laboratorium yang terpapar formalin (larutan
formaldehida 37%) sebanyak 3-5 kali seminggu menunjukkan adanya peningkatan
risiko abortus spontan (OR 3.5 , 95% CI 1.1 -11.2).
Dari beberapa studi yang ada, bisa disimpulkan bahwa memang
ada pengaruh negatif formaldehida terhadap proses kehamilan. Dan di zaman
sekarang, wanita banyak bekerja di sektor yang memungkinankan terjadinya kontak
dengan formaldehida, misal petugas laboratorium, pekerja pabrik, atau penata
rias. Tentu hal ini berbahaya, apalagi jika wanita tersebut dalam kondisi
hamil. Sehingga hal ini perlu di antisipasi dengan cara meminimalkan
kemungkinan kontak dengan formaldehida. Misalnya dengan menggunakan bahan-bahan
yang tidak mengandung formaldehida, dan mengatur ventilasi agar sirkulasi udara
bisa berlangsung baik (HESIS, 2011). Serta bagi wanita yang sering melibatkan
formaldehida saat bekerja, hendaknya mengambil cuti atau bahkan berhenti
sementara saat merencanakan kehamilan, demi menjaga kesehatan dan keselamatan
janin.
Referensi
Wenjing,
Xu. 2012. The Association Between Maternal
Formaldehyde Internal Exposure Dose and Miscarriage in Guangzhou, China. Master of Public Health.
Hongkong: Hongkong University [online].
(Citied at January 16th 2013)
Duong et
al. 2011. Reproductive and Development
Toxicity of Formaldehyde: A Systematic Review [online]. (Citied at January
16th 2013)
United
States Environmental Protection Agency (U.S. EPA). 2007. Formaldehyde TEACH Chemical Summary [online]. (Citied at January
16th 2013)
Hazard
Evaluation System and Information Service (HESIS). 2011. Formaldehyde [online].California Department of Public Health (Citied
at January 16th 2013)
Environmental and Occupational Health and Safety
Sevice (EOHSS). 2004. Formaldehyde Guidelines [online].
University of Medicine and Dentistry New Jersey. (Citied at January 16th 2013)
Occupational Safety and Health Administration
(OSHA). 2011. Formaldehyde Factsheet [online].
(Citied at January 16th 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar