BAB I
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu
pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.
Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan
masyarakat tentang hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat
adalah dengan cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat
dibangku sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim
medis. Yang biasa disebut dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan
kesehatan.
Mengingat tugas kita sebgai tim medis adalah salah
satunya memperkanalkan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka
didalam makalah ini kami akan membahas tentang “Promosi Kesehatan”
Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi
Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi
setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat
sosial ekonominya. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah
berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna,
walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi
pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi
di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan
antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan
dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan
kesehatan. Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima
fenomena yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan
pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran.
Ketiga, Tantangan global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan bebas,
revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan
lingkungan .Kelima, Demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO,1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO,1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
B. Rumusan Masalah
1.
Apa itu promosi kesehatan?
2.
Apa itu etika dalam promosi kesehatan?
3.
Bagaimana hubungan dengan klien dalam etika promosi kesehatan?
4.
Bagaimana kepedulian dengan determinan sosial dan hubungan terhadap
kesehatan dalam etika promosi kesehatan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengatahui definisi promosi kesehatan.
2.
Untuk mengatahui definisi etika promosi kesehatan.
3.
Untuk mengetahui hubungan dengan klien dalam etika promosi kesehatan.
4.
Untuk mengetahui kepedulian dengan determinan sosial dan hubungan
terhadap kesehatan dalam etika promosi kesehatan.
BAB II
ISI
A. Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan
merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses
pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,
sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu
berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan,
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku
mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di
tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri
kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang erat
kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh KLB Diare
dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat
seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci
tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan
lain-lain. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi
juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian
promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi
dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya).
Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada
peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga
meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
B . Faktor yang
Mempengaruhi Masyarakat dalam Pola Perilaku
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi
masyarakat agar merubah perilakunya, yaitu
a. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat
hidup masyarakat yang melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber
air bersih yang lebih dekat;
b. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal
bagi masyarakat dalam konteks pengetahuan lokal,
c. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti
tokoh agama dan tokoh agama) setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku
yang di anjurkan dan
d. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik
misalnya kemampuan untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat
guna sesuai dengan potensi yang di miliki.
Pendekatan program promosi menekankan aspek ”bersama
masyarakat”, dalam artian:
1) Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari
aspek-aspek penting dalam kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka
kerjakan, perlukan dan inginkan,
2) Bersama
dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk
perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat
di lakukan dengan aman dan nyaman serta
3) Bersama
dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan memantau
dampaknya secara terus-menerus, berkesinambungan.
C. Strategi Promosi
Kesehatan
Pembangunan sarana
air bersih, sarana sanitasi dan program promosi kesehatan dapat dilaksanakan
secara terpadu dan berkesinambungan apabila :
• Program tersebut direncanakan sendiri oleh
masyarakat berdasarkan atas identifikasi dan analisis situasi yang dihadapi
oleh masyarakat, dilaksanakan, dikelola dan dimonitor sendiri oleh masyarakat.
• Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program
tersebut oleh tim teknis pada tingkat Kecamatan.
• Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim
lintas sektoral dan tim lintas program di tingkat Kabupaten dan Propinsi.
Strategi untuk meningkatkan program promosi kesehatan,
perlu dilakukan dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
1) Advokasi di Tingkat Propinsi dan Kabupaten
Pada tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten dalam
pelaksanaan Proyek PAMSIMAS telah dibentuk Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis
Kabupten. Anggota Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupaten, adalah para
petugas fungsional atau structural yang menguasai teknis operasional pada
bidang tugasnya dan tidak mempunyai kendala untuk melakukan tugas lapangan.
Advokasi dilakukan agar lintas sektor, lintas program atau LSM mengetahui
tentang Proyek PAMSIMAS termasuk Program
Promosi Kesehatan dengan harapan mereka mau untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mendukung rencana kegiatan promosi kesehatan.
Dukungan yang dimaksud bisa berupa dana,
kebijakan politis, maupun dukungan kemitraan;
b. Sepakat untuk bersama-sama melaksanakan program
promosi kesehatan; serta
c. Mengetahui peran dan fungsi masing-masing
sektor/unsur terkait.
2) Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan.
Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator
harus lebih aktif menjalin kemitraan dengan TKC untuk :
• mendukung program kesehatan.
• melakukan pembinaan teknis.
• mengintegrasikan program promosi kesehatan dengan
program lain yang dilaksanakan oleh Sektor dan Program lain, terutama program
usaha kesehatan sekolah, dan program lain di PUSKESMAS.
3)
Peningkatan
Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat
Untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat mengelola program promosi kesehatan, mulai dari
perencanaan, implementasi kegiatan, monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan
sendiri oleh masyarakat, dengan menggunakan metoda MPA-PHAST. Untuk
meningkatkan keterpaduan dan kesinambungan program promosi kesehatan dengan
pembangunan sarana air bersih dan sanitasi, di tingkat desa harus dibentuk
lembaga pengelola, dan pembinaan teknis oleh lintas program dan lintas sector
terkait.
Pesan perubahan perilaku yang terlalu banyak sering
membuat bingung masyarakat, oleh karena itu perlu masyarakat memilih dua atau
tiga perubahan perilaku terlebih dahulu. Perubahan perilaku beresiko
diprioritaskan dalam program higiene sanitasi pada Proyek PAMSIMAS di sekolah
dan di masyarakat :
• Pembuangan tinja yang aman.
• Cuci tangan pakai sabun
• Pengamanan air minum dan makanan.
• Pengelolaan sampah
• Pengelolaan limbah cair rumah tangga
Setelah masyarakat timbul kesadaran, kemauan / minat
untuk merubah perilaku buang kotoran ditempat terbuka menjadi perilaku buang
kotoran di tempat terpusat (jamban), masyarakat dapat mulaimembangun sarana
sanitasi (jamban keluarga) yang harus dibangun oleh masing-masing anggotarumah
tangga dengan dana swadaya. Masyarakat harus menentukan kapan dapat mencapai
agarsemua rumah tangga mempunyai jamban.Pembangunan sarana jamban sekolah,
tempat cuci tangan dan sarana air bersih di sekolah, menggunakan dana hibah
desa atau sumber dana lain. Fasilitator harus mampu memberikan informasipilihan
agar masyarakat dapat memilih jenis sarana sanitasi sesuai dengan kemampuan dan
kondisilingkungannya (melalui pendekatan partisipatori).
4)
Peran
Berbagai Pihak dalam Promosi Kesehatan
Peran Tingkat Pusat
Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam
Promosi Kesehatan, yaitu:
1. Pusat Promosi
Kesehatan dan
2. Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Pengelolaan promosi
kesehatan khususnya terkait program Pamsimas di tingkat Pusat perlu
mengembangkan tugas dan juga tanggung jawab antara lain:
a. Mengembangkan dan
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terkait dengan kegiatan promosi
kesehatan secara nasional
b. Mengkaji metode
dan teknik-teknik promosi kesehatan yang effektif untuk pengembangan model
promosi kesehatan di daerah
c. Mengkoordinasikan
dan mengsinkronisasikan pengelolaan promosi kesehatan di tingkat pusat
d. Menggalang
kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan lain yang terkait
e. Melaksanakan
kampanye kesehatan terkait Pamsimas secara nasional
f. Bimbingan teknis,
fasilitasi, monitoring dan evaluasi
Peran Tingkat Propinsi
Sebagai unit yang berada dibawah secara sub-ordinasi
Pusat, maka peran tingkat Provinsi, khususnya kegiatan yang diselenggrakan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi antara lain sebagai berikut:
a. Menjabarkan kebijakan promosi kesehatan nasional
menjadi kebijakan promosi kesehatan local (provinsi) untuk mendukung
penyelenggaraan promosi kesehatan dalam wilayah kerja Pamsimas
b. Meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota dalam
penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-PHBS.
c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya
melakukan pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat pada
level provinsi
d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari
berbagai pihak serta mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan
lintas program dan lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS dalam level
Provinsi
Peran Tingkat Kabupaten
Promosi Kesehatan yang diselenggarakan di tingkat
Kabupaten, khususnya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Meningkatkan kemampuan Puskesmas, dan sarana kesehatan
lainnya dalam penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama dibidang penggerakan
dan pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-PHBS.
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan
pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari
berbagai pihak serta mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan
lintas program dan lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS.
D.
Definisi
Pendidikan Kesehatan
Promosi
kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni.
Dilihat dari sisi
seni, yakni aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi
program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang
telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program
perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak,
program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta
didukung oleh adanya promosi kesehatan
Menurut WHO Promosi
Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus
mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah
atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Menurut Australian
Health Foundansion Promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang
dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Promosi kesehatan
adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan
dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998).
Pendidikan
kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara
sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan
mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Promosi kesehatan adalah
ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal.
Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik,
emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya
hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat
lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green
dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasisukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.
E.
Tujuan
Pendidikan kesehatan
Perhatian utama dalam
promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam konteks
promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau tujuan apa yang ingin dicapai
dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan
lainnya.
Tentunya akan mudah
dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor
Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia
WHO(World Health Organization).
Adapun visi dari
promosi kesehatan adalah sebagai berikut : “Meningkatnya kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan
sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.”
Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,
maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1.Advokasi(Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2.Menjembatani(Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan.Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut.Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3.Kemampuan/Keterampilan(Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1.Advokasi(Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2.Menjembatani(Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan.Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut.Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3.Kemampuan/Keterampilan(Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
F.
Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Secara sederhana
ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.
Ruang Lingkup Promosi
Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan
dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu:
a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan
b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan
promosi kesehatan.
·
Ruang
Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan.
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek
pokok, yakni:
promotif,
preventif,
kuratif, dan
rehabilitatif.
Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek,
yakni :
a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
Dengan
demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan dikelompok menjadi dua yaitu :
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.
·
Ruang
Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan.
Ruang lingkup promosi
kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
·
Ruang
Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan.
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi
kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of
prevention) dari Leavel and Clark.
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation).
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation).
G. Komunikasi dalam Pendidikan Kesehatan.
Advocacy/advokasi di
bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama
kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan
atau Promosi Kesehatan.WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi
Promosi Kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi pokok,yaitu :
1).Advocacy,
2).
Social support,
3).
Empowerment.
Advokasi diartikan
sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.Oleh
karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil
kebijakan( policy makers) atau pembuat keputusan(decision makers) baik di
institusi pemerintah maupun swasta.
Dalam advokasi peran
komunikasi sangat penting,sehingga komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan
memerlukan kiat khusus agar komunikasi efektif.Kiat-kiatnya antara lain
sebagai berikut :
1. Jelas
( clear )
2. Benar
( correct )
3. Konkret
( concrete )
4. Lengkap
( complete )
5. Ringkas
( concise )
6. Meyakinkan
( Convince )
7. Konstekstual
( contexual )
8. Berani
( courage )
9. Hati
–hati ( coutious )
10. Sopan ( courteous )
Prinsip dasar
Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,tetapi mencakup kegiatan
persuasif ,memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau
tekanan kepada para pemimpin institusi.
Tujuan
advokasi yaitu :
·
Komitmen
politik ( Political commitment )
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan
sangat penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat,misalnya untuk pembahasan kenaikan
anggaran kesehatan,contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh
presiden. Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang
baik.
·
Dukungan
kebijakan ( Policy support )
Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu
ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan
untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.
·
Penerimaan
sosial (Social acceptance )
Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program
oleh masyarakat. Suatu program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan
dukungan kebijakan,maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program
tersebut untuk memperoleh dukungan masyarakat.
·
Dukungan
sistem ( System support )
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka
perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas mendukung.
Metode atau cara dan
teknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam-macam, yaitu :
1. Lobi
politik ( political lobying )
2. Seminar/presentasi
3. Media
4. Perkumpulan
·
Ada
8 unsur dasar advokasi,yaitu :
1. Penetepan
tujuan advokasi
2. Pemanfaatan
data dan riset untuk advokasi
3. Identifikasi
khalayak sasaran
4. Pengembangan
dan penyampaian pesan advokasi
5. Membangun
koalisi
6. Membuat
presentasi yang persuasif
7. Penggalangan
dana untuk advokasi
8. Evaluasi
upaya advokasi.
·
Ada
5 pendekatan utama advokasi,yaitu :
1. Melibatkan
para pemimpin
2. Bekerja
dengan media massa
3. Membangun
kemitraan
4. Memobilisasi
massa
5. Membangun
kapasitas.
LANGKAH-LANGKAH
ADVOKASI
1. Tahap Persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun
bahan/materi atau instrumen advokasi.Bahan advokasi adalah: data-à informasi–à
bukti yang dikemas dalam bentuk tabel,grafik atau diagram yang mnjelaskan
besarnya masalah kesehatan,akibat atau dampak masalah, dampak ekonomi, dan
program yang diusulkan/proposal program.
2. Tahap
pelaksanaan
Pelaksanaan
advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi.
3. Tahap Penilaian
H. Sasaran Promosi
Kesehatan
Berdasarklan
pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok
sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy)
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy)
I.
ETIKA
Menurut para ahli, etika tidak
lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika
atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah
laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
– Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai
pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
– Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat :
etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi
baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
– Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang
filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku
manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya
sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi
bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu
berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat
dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil
keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita
pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi
kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Filsuf Aristoteles, dalam
bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan Etika, sebagai
berikut :
Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal
ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah
perbuatan atau tindakan manusia.
Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan
dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In
herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk”
suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Pengertian dan definisi Etika
dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:
Merupakan prinsip-prinsip
moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The principles
of morality, including the science of good and the nature of the right).
Pedoman perilaku, yang diakui
berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia (The rules
of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions).
Ilmu watak manusia yang ideal,
dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The science of human
character in its ideal state, and moral principles as of an individual).
Merupakan ilmu mengenai suatu
kewajiban (The science of duty).
Macam-macam Etika
Dalam membahas etika sebagai
ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya
dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh
dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan
antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan
jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan
dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut:
1. Etika
Deskriptif
Etika yang menelaah secara
kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar
oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika
deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai
nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan
realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam
penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan
kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2. Etika
Normatif
Etika yang menetapkan berbagai
sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa
yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam
hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar
manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai
dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Membahas dan mengkaji ukuran
baik buruk tindakan manusia, yang biasanya dikelompokkan menjadi :
1. Etika
umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia
untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan
prinsip-prinsip moral.
2. Etika
khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.
Etika sosial menekankan
tanggungjawab sosial dan hubungan antarsesama manusia dalam aktivitasnya,
Etika individu lebih
menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai pribadi,
Etika terapan adalah etika
yang diterapkan pada profesi
Dari berbagai pembahasan
definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi tiga (3)
jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
1.
Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan
tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
2.
Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik
buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.Definisi tersebut tidak
melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu
dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat
sosiologik.
3.
Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif,
dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku
manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi,
menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif,
direktif dan reflektif.
Etika dalam promosi kesehatan
Pada
tahun 2002, American Public Health Association secara resmi mengadopsi dua
belas prinsip praktek kode etik untuk umum. Dua belas prinsip yang diuraikan:
1. Kesehatan masyarakat
terutama harus membahas penyebab dasar penyakit dan persyaratan untuk
kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan.
2. Kesehatan masyarakat harus
mencapai kesehatan masyarakat dengan cara yang menghormati hak-hak individu
dalam masyarakat.
3. Kebijakan kesehatan
masyarakat, program, dan prioritas harus dikembangkan dan dievaluasi melalui
proses yang menjamin kesempatan untuk masukan dari anggota masyarakat.
4. Kesehatan masyarakat harus
mengadvokasi dan bekerja untuk pemberdayaan dari pemuda anggota masyarakat,
yang bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya dasar dan kondisi diperlukan
untuk kesehatan dapat diakses oleh semua.
5. Kesehatan masyarakat harus
mencari informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan yang efektif dan
program yang melindungi dan mempromosikan kesehatan.
6. Institusi kesehatan umum harus
menyediakan masyarakat dengan informasi yang mereka miliki yang diperlukan
untuk keputusan tentang kebijakan atau program-program dan harus mendapatkan
persetujuan masyarakat untuk pelaksanaannya.
7. Lembaga kesehatan publik
harus bertindak secara tepat waktu pada informasi yang mereka miliki dalam
sumber daya dan mandat yang diberikan kepada mereka oleh masyarakat.
8. Program kesehatan umum dan
kebijakan harus menggabungkan berbagai pendekatan yang mengantisipasi dan
menghormati nilai-nilai yang beragam, keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.
9. Program kesehatan umum dan
kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang paling meningkatkan lingkungan
fisik dan sosial.
10. Lembaga kesehatan publik harus melindungi
kerahasiaan informasi yang dapat membawa kerugian bagi individu atau komunitas
jika dibuat publik. Pengecualian harus dibenarkan
11. Atas dasar kemungkinan tinggi membahayakan
signifikan terhadap individu atau orang lain.
12. Lembaga kesehatan publik harus memastikan
kompetensi profesional karyawan mereka. Institusi kesehatan umum dan karyawan
mereka harus terlibat dalam kolaborasi dan afiliasi dengan cara yang membangun
kepercayaan publik dan efektivitas lembaga.
Kerangka kerja ini menekankan
pentingnya hubungan yang kompleks antara orang-orang. Hubungan tersebut adalah
inti dari masyarakat, dan mendukung sejumlah prinsip etika.
Kass mengusulkan enam-bagian kerangka kerja etika :
Apa tujuan kesehatan
masyarakat dari program yang diusulkan, yaitu, dibingkai dalam bentuk tujuan akhir
dari mengurangi morbiditas dan kematian, bukan tujuan terdekat, misalnya,
mengubah perilaku
Seberapa efektif
program dalam mencapai tujuannya dinyatakan, yaitu, apakah Program akhirnya
menurunkan morbiditas dan mortalitas;
Apa yang diketahui
atau beban potensial program ini,
termasuk risiko privasi dan kerahasiaan, risiko atas kebebasan dan otonomi dan
risiko ke pengadilan.
Dapatkah beban
diminimalkan? Apakah ada pendekatan alternatif?
Apakah program
tersebut dilaksanakan secara adil?
Contoh
dari Pedoman Perilaku Etis dalam Penelitian Kesehatan Aborigin dan Penduduk Pribumi Selat Torres. Dokumen ini menggaris bawahi enam nilai pusat:
Timbal balik: harus ada keuntungan yang dihargai oleh masyarakat,
memberikan kontribusi untuk masyarakat persatuan dan kemajuan kepentingan
mereka;
Respect:
harus ada rasa hormat terhadap, dan penerimaan dari, nilai-nilai yang beragam;
Kesetaraan:
semua orang harus diperlakukan sama, dan harus ada pemerataan manfaat;
Kelangsungan Hidup dan Perlindungan: menghindari merugikan Aborigin dan Torres Strait
Islander (ATSI) keunikan budaya dan pengakuan dari sejarah dan pengalaman
masyarakat ATSI;
Tanggung jawab: menjamin bahwa mereka tidak melakukan kerusakan
kepada individu atau komunitas ATSI, atau untuk hal-hal yang mereka hargai dan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat;
Semangat dan
Integritas: menghargai kedalaman
dan kesatuan warisan budaya masa lalu, kontemporer dan generasi masa depan; dan
menunjukkan integritas dalam semua tindakan.
Meskipun ditulis bagi
para peneliti, pedoman ini juga memberikan panduan yang berharga untuk praktisi
promosi kesehatan melaksanakan program-program di dalam masyarakat ATSI.
J. MENETAPKAN
SASARAN
1. Sasaran
primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung
segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan
kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu
dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi
yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empow-erment).
2.
Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan
sebagainya. Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan
memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu
dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan
yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan
perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang
ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan
sosial (social support).
3.
Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik
ditingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan
dengan kebijakan – kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini
akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran
sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi
kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi
advokasi.
K. MENETAPKAN
TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan
perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
L. MENETAPKAN
PESAN POKOK
Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok
program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sektor
lain yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7 Program
pembangunan kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999) :
1.
Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat
2.
Program lingkungan sehat
3.
Program upaya kesehatan
4.
Program pengembangan sumber daya kesehatan
5.
Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya
6.
Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
7.
Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
Untuk
meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai
penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan 10
pogram unggulan kesehatan(DepKes RI, 1999) :
1. Program kebijakan kesehatan,
pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan
2. Program perbaikan gizi
3. Program pencegahan penyakit
menular termasuk imunisasi
4. Program peningkatan perilaku
hidup sehat dan kesehatan mental
5. Program lingkungan pemukiman, air
dan sehat
6. Program kesehatan keluarga,
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
7. Program keselamatan dan
kesehatan kerja
8. Program anti tembakau,
alkohol dan madat
9. Program pengawasan obat,
bahan berbahaya, makanan dan minuman
10. Program pencegahan kecelakaan, rudapaksa dan
keselamatan lalu lintas
M.
MENETAPKAN METODE DAN SALURAN KOMUNIKASI
Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan
perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua
informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikomunikasikan dengan dukungan
seperti audio visual (video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet),
visual (flip charts).
N. MENETAPKAN
KEGIATAN OPERASIONAL
Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka yang terpenting adalah
menetapkan kegiatan operasional yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan
dasar:
1. Pendidikan tentang masalah
kesehatan umum, cara pencegahan dan pemberantasannya
2. Peningkatan persediaan
pangan dan kecukupan gizi
3. Penyediaan air minum dan
sanitasi dasar
4. Pelayanan kesehatan ibu dan
anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi
6. Pengobatan dan pengadaan
obat
7. Oleh karena pelayanan
kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai derajat kesehatan yang layak
bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian dan penyelenggaraan yang efisien
mutlak diperlukan disamping harus berdasarkan : Perikemanusiaan, Kesehatan
sebagai hak asasi, Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
8. Pengutamaan upaya kesehatan
promotif dan upaya kesehatan preventif
9. Pelayanan kesehatan
perorangan yang sesuai kebutuhan
10. Dukungan sumber daya kesehatan
11. Misi Pembangunan Kesehatan
12. Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010,
telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan (DepKes RI, 1999)
13. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan
14. Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat
2010, para penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan
pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Oleh
karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai
penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
15. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat
16. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat
untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat
menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
17. Memelihara dan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
18. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan
adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak hanya
berada ditangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan masyarakat dan potensi
swasta.
19. Memelihara dan meningkatkan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
20. Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan
upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah bersifat promotif dan preventif
yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif.
21. Strategi Pembangunan Kesehatan
22. Strategi pembangunan nasional harus
berdasarkan pada kebijakan nasional, mencakup garis besar kegiatan dimana semua
sektor yang terlibat untuk mewujudkan kebijaksanaan tersebut. Beberapa hal
penting yang harus diterapkan adalah (DepKes RS, 1999): pembangunan berwawasan
kesehatan
23. Setiap program pembangunan nasional yang
diselenggarakan di Indonesia harus memberikan konstribusi positif terhadap
kesehatan, yaitu terbentuknya lingkungan sehat dan pembentukan perilaku sehat.
O. MENETAPKAN
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. Memperkenalkan kepada masyarakat
gagasan dan teknik perilaku Program promosi Hygiene Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS), yang merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare
melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas. Program
ini dimulai dari apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan masyarakat.
Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat dilakukan
berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan pihak yang
terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan sederhana, positif, menarik yang
dirancang untuk dikomunikasikan lewat sarana lokal seperti poster, leaflet.
2. Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat,
dalam tahap ini akan dilakukan identifikasi perilaku beresiko melalui
pengamatan terstruktur. Sehingga dapat ditentukan cara pendekatan baru terhadap
perbaikan hygiene sehingga diharapkan anak-anak terhindar dari lingkungan yang
terkontaminasi.
3. Memotivasi perubahan perilaku
masyarakat, langkah-langkah untuk memotivikasi orang untuk mengadopsi perilaku
hygiene termasuk memilih beberapa perubaha perilaku yang diharapkan dapat
diterapkan.
4. Mencari tahu apa yang
dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut melalui diskusi
terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku
5. Membuat pesan yang tepat
sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku.
6. Menciptakan sebuah pesan
sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran.
P.
HUBUNGAN DENGAN KLIEN
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat. Hal
ini ditunjukkan dengan pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam
merubah perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat.
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal
PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit
menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas.
Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan
masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut
(Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan
kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat
serta memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi
dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang sekarang disebut dengan
promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil
bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku
masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat telah
mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada
masyarakat dimana mereka bekerja.
Q.
KEPEDULIAN DENGAN DETERMINAN SOSIAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN
Perilaku adalah resultan antar stimulus (faktor eksternal) dengan respons
(faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Perilaku
seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor – faktor baik
dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk
perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan ada 3 teori
yang sering menjadi acuan dalam penelitian – penelitian kesehatan yaitu :
1. Teori Lawrence Green
Ada 2 determinan masalah kesehatan tersebut yaitu
Behavioral factor (faktor perilaku) dan Non Behavioral factor (faktor non
perilaku). Dan faktor tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :
a. Faktor – faktor predisposisi, yaitu faktor – faktor
yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara
lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai – nilai, tradisi dan
sebagainya.
b. Faktor – faktor pemungkin, yaitu faktor – faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.
c. Faktor – faktor penguat, yaitu faktor- faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
2. Teori Snehandu B.Karr
Mengidentifikasi adanya 5
determinan perilaku, yaitu :
a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan
dengan objek atau stimulus diluar dirinya.
b. Adany dukungan dari masyarakat sekitar (social
support)
c. Terjangkaunya informasi, yaitu tersedianya informasi –
informasi terkait dengan tindakan yang akan di ambil oleh seseorang
d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil
keputusan
e. Adanya kondisi dan situasi yang memuingkinkan
3. Teori WHO
Ada 4 determinan yaitu :
a.Pemikiran dan perasaan yaitu
merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang
atau pribadi yang dipercayai
c.Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat
d.Sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk
terbentuknya perilaku seseorang.
R.
PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN ETIS
Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yakni :
1. Promotor kesehatan tidak
akan secara sengaja menunda pelayanan atau informasi, dilihat dari status
pengetahuan sekarang yang dapat memberikan manfaat kepada klien, mereka
berusaha mengikuti perkembangan promosi kesehatan
2. Promotor kesehatan akan
menghargai kerahasiaan informasi yang dapat mereka akses kecuali atas
permintaan hokum dan demi kepentingan klien
3. Promotor kesehatan harus
tidak melakukan kegiatan promosi kesehatan yang tidak kompoten bisa kerjakan.
S. PENDEKATAN
PROMOSI KESEHATAN
1. Pendekatan Medik
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan
yang didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit
jantung. Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan
kesakitan, mungkin dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai
contoh, memberitahu orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita
untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk
dilakukan screening takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari
tindakan pencegahan medic dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat
kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
2. Pendekatan Perubahan
Perilaku
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu
masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “. Contohnya antara
lain mengajarkan orang bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minum
alcohol “ wajar “, mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga, memelihara
gigi, makan makanan yang baik dan seterusnya. Orang-orang yang menerapkan
pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat “merupakan hal paling
baik bagi kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk
mendorong sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang
menguntungkan.
3. Pendekatan Edukasional
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan
pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang
ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan
dan orang dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka
sendiri. Bantuan dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi
praktek kesehatan baru dapat pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan
sekolah, misalnya menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan hidup
sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuannya. orang-orang yang mendukung
pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi proses pendidikan, akan menghargai
hal individu untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai
tanggung jawab mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang
mereka anggap menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.
4. Pendekatan Berpusat Pada
Klien
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu
mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat
keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai
mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu
orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan
serta ketrampilan yang mereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan.
Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien
dihargai sama yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan
kesehatan mereka sendiri.
5. Pendekatan Perubahan Sosial
Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada
lingkungan fisik, social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung
untuk keadaan yang sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada
pengubahan perilaku individu-individunya. Orang-orang yang menerapkan
pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah
masyarakat, mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik
di berbagai tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat
daripada pembentukan kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat
itu.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
·
Promosi Kesehatan merupakan upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran
dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
·
Menurut para ahli, etika tidak
lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika
atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah
laku manusia yang baik.
·
HUBUNGAN DENGAN KLIEN
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat
dengan klien/masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan pentingnya peran tenaga
kesehatan masyarakat dalam merubah perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan
sehat.
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat
yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk
mencegah penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh
masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan
dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi
tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara
profesional oleh individu dan kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen
terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan mampu
melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan
benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan
masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat
melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga
kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan
pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.
·
KEPEDULIAN DENGAN DETERMINAN
SOSIAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN
Perilaku adalah resultan antar stimulus (faktor
eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam subjek atau orang yang
berperilaku tersebut. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau
ditentukan oleh faktor – faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor
yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang
perilaku kesehatan ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian –
penelitian kesehatan yaitu :
Teori Lawrence Green
Ada 2 determinan masalah kesehatan tersebut
yaitu Behavioral factor (faktor perilaku) dan Non Behavioral factor (faktor non
perilaku). Dan faktor tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :
Faktor – faktor predisposisi, yaitu faktor –
faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,
antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai – nilai, tradisi
dan sebagainya.
Faktor – faktor pemungkin, yaitu faktor – faktor
yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Faktor – faktor penguat, yaitu faktor- faktor
yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
2. Teori Snehandu B.Karr
Mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku,
yaitu :
a. Adanya niat
(intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus
diluar dirinya.
b. Adany dukungan dari
masyarakat sekitar (social support)
c. Terjangkaunya
informasi, yaitu tersedianya informasi – informasi terkait dengan tindakan yang
akan di ambil oleh seseorang
d. Adanya otonomi atau
kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan
e. Adanya kondisi
dan situasi yang memuingkinkan
Teori WHO
Ada 4 determinan yaitu :
a. Pemikiran dan
perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku
b. Adanya acuan atau
referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
c. Sumber daya
yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat
d. Sosio budaya
merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang.
B. SARAN
1.
Bidan
Dalam melakukan promosi kesehatan bidan
harus menjaga hubungan dengan klien, agar isi dari promosi kesehatan yang
disampaikan dapat diterima dan diterapkan oleh klien.
2.
Klien
Dalam menerima promosi kesehatan klien
harus berperan dalam menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta
: Rineka Cipta
Novita, Nesi. 2011. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. Promosi Kesehatan untuk
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar